Thursday, October 29, 2015

SMKN 1 Singosari Sukses Mengolah Limbah Plastik Menjadi BBM


Nicko Abdian Gusti Rahman bersama Arif Firman Hakim siswa Jurusan Teknik Otomasi Industri SMK Negeri 1 Singosari, Kabupaten Malang berhasil menciptakan alat pengolah sampah plastik menjadi bahan bakar minyak (BBM), di mana alat ini mampu mengolah 600 gram sampah plastik menjadi 63 mililiter BBM dalam waktu 45 menit, Ngalamers.


Beberapa bulan terakhir, sekolah yang berlokasi di daerah Mondoroko ini tak lagi membeli solar untuk mengoperasikan mesin pemotong rumputnya dan sebagai gantinya, mereka menggunakan cairan hasil destilasi yang dihasilkan dari alat itu. Ya, alat yang berbahan utama stainles ini memang bisa menghasilkan bahan bakar mesin, kompor minyak, dan petromak. Selain itu, alat ini juga bisa menghasilkan gas yang bisa dipakai untuk bahan bakar kompor serta residu padat untuk briket.

Ada tiga komponen utama alat ini yakni, tabung pembakaran berkapasitas 600 gram, pompa dan tabung penampung cair.  Cara kerja alat ini menyerupai destilator yang ada di laboratorium. Hanya saja fungsinya lebih kompleks dan berkapasitas lebih besar dan dilengkapi pompa.
Cara kerjanya, pertama-tama sampah plastik dipotong kecil-kecil untuk dimasukkan ke tabung pembakaran. "Kami tidak membatasi plastik tertentu, semua plastik bisa diproses,"kata Nicko saat ditemui sebelum presentasi di depan juri Jawara. Sampah ini lalu dibakar dengan api  yang disambungkan dari kompor elpiji. Dalam waktu sekitar 1 jam dengan suhu 90 derajat akhirnya sampah plastik ini menghasilkan cairan dari proses destilasinya.

Jika cairan sudah mencapai seperempat  kapasitas tabung penampung, maka pompa dinyalakan untuk menyedot cairan itu untuk dimanfaatkan sebagai bahan bakar di tabung pembakaran. "Kalau sudah begini, kompor elpiji dimatikan karena sumber apinya sudah didapat dari cairan hasil destilasi plastik ini,"terang siswa kelahiran 25 Juli 1997.

Siswa kelas XII Jurusan Otomasi Industri ini memastikan dari 600 gram plastik yang dibakar ini bisa menghasilkan 0,25 liter cairan bahan bakar. Karena itu, sisa cairan dari proses pembakaran di tabung ini masih bisa dimanfaatkan untuk bahan bakar pemotong rumput atau untuk kompor minyak.

Diakui Nicko, bahan bakar cair ini belum bisa dipakai untuk kendaraan bermotor karena nilai oktan yang dihasilkan masih rendah. "Nilai oktan bahan bakar ini hanya 80. Jadi belum layak untuk kendaraan bermotor," sebut juara lomba Adiwiyata daur ulang plastik di sekolahnya tahun 2012.
Tak hanya bahan bakar  cair saja yang bisa dimanfaatkan untuk bahan bakar tabung. Gas yang dihasilkan dari proses inipun bisa dialirkan kembali ke bawah tabung pembakaran untuk bahan bakarnya. "Jadi menghemat gas elpiji yang ada karena sudah digantikan hasil destilasinya,"kata Juara 1 lomba Adiwiyata mading 3 D di sekolahnya. Sementara sisa-sisa plastik yang masih ada di tabung, bisa dimanfaatkan untuk bahan bakar briket. "Briket ini sudah dimanfaatkan teman-teman pramuka saat melakukan perkemahan,"terangnya.

Diakui Nicko pembuatan alat ini berawal dari keprihatinannya melihat sampah-sampah plastik yang menumpuk di sekolahnya. "Kebetulan saat itu di sekolah ada kegiatan Adi Wiyata, dan kami siswanya disarankan untuk membuat alat pengolah sampah,"terang yang di Jawara tingkat Kabupaten Malang meraih juara pertama.

Untuk merancang alat ini, Nicko dibantu teman-temannya. Awalnya dia membuat alat yang bentuknya cukup kecil dengan kapasitas sekitar 250 gram sampah. Alat ini tidak dilengkapi pengaman dan katup penutup tabung yang kuat sehingga sisa-sisa pembakarannya menimbulkan polusi di sekitarnya. "Ini produk gagal, jadi kami sempurnakan lagi dengan membuat alat yang lebih besar ini,"katanya.

Nicko memastikan alatnya ini cukup aman meski hasil bahan bakar yang dihasilkan dimanfaatkan kembali untuk proses pembakaran sampah karean jarak antara tabung pembakaran dengan tabung penampung cukup jauh, sekitar 1 meter. "Saya juga lengkapi kuningan untuk menyalurkan ke minyak sehingga tidak timbul kebocoran,"katanya. Nicko berharap alatnya ini tak selesai di lomba. Dia bercita-cita untuk bisa memproduksi masal alat ini sehingga bisa mengurangi pencemaran akibat sampah plastik.

Kabid Pendidikan Menengah Kejuruan (Dikmenjur) Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim Hudiyono menambahkan, sejak pertama kali Jawara digelar pada 2011 lalu, ajang ini terus menarik antusiasme SMK di Jatim. Sehingga tak satu pun daerah dari 38 kabupaten/kota di Jatim yang tidak memiliki kontingen. “Seluruh daerah punya kontingen masing-masing di setiap kompetensi yang dilombakan,” kata dia. Ada tiga kompentensi dalam Jawara ini, diantaranya rekayasa teknologi, bisnis manajemen dan pariwisata.

Manurutnya, tahapan lomba dilakukan dengan sangat ketat.  Bahkan saat seleksi tahap awal, penilaianya langsung meliputi tiga tahap. Diantaranya tes soal untuk mengukur knowledge siswa, psikotes dan presentasi hasil karya. Saat presentasi, peserta langsung dihadapkan dengan dewan juri yang berasal dari unsur praktisi dunia usaha dan industri serta pakar dari perguruan tinggi. “Nanti pada saat final, mereka akan presentasi kembali dihdadapn dewan juri. Pada saat final, dewan juri akan mengukur kesesuaian karya dengan kebutuhan riil dan peluangnya di pasar,” kata Hudiyono.

No comments:

Post a Comment